Wednesday, May 10, 2017

Museum Masjid Agung Demak yang Menyimpan berbagai benda bersejarah

Sejarah Museum Masjid Agung Demak

Museum yang terdapat di depan sebelah kiri masjid Agung Demak tidak lain adalah peninggalan masjid agung demak tempo dulu, semua isi dari museum tersebut sebagiannya dari peninggalan bangunan Masjid Agung Demak dan salainnya dari peninggalan kerajaan demak bintoro. Untuk membahasnya tidak akan bisa di pisahkan dengan bangunan Masjid Agung Demak.  Masjid Agung Demak adalah salah satu Masjid tertua yang terdapat di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid Agung Demak dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa yang disebut dengan walisongo (WaliSembilan). Pendiri masjid tersebut diperkirakan adalah Raden Fattah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak Bintoro pada abad ke-15 Masehi.

Arsitektur Bangunan Masjid Agung Demak
Masjid ini mempunyai bangunan antara lain induk dan serambi. Bangunan induk mempunyai empat tiang utama yang disebut saka guru. Yang unik dari tiyang-tiyang tersebut adalah salah satunya dari tiang utama tadi konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, makanya diberi nama saka tatal. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, mengandung Candra Sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. dan juga museum Masjid Agung Demak yang berada di komplek Masjid agung demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Museum Masjid Agung
Museum Masjid Agung Demak adalah sebuah museum yang terletak di dalam kompleks Masjid Agung Demak, terdapat di lingkungan alun-alun kota Demak. Museum ini buka tiap hari mulai dari hari Senin hingga Minggu pada jam kerja. Museum ini menyimpan berbagai barang peninggalan Masjid Agung Demak. Jumlah koleksi benda bersejarah di museum ini mencapai lebih dari 60 koleksi benda-benda bersejarah Masjid Agung Demak, bahkan benda zaman Kerajaan Majapahit hingga Kesultanan Demak Bintoro.
Museum ini berdiri di atas lahan seluas 16 meter persegi yang berada di kompleks Masjid Agung Demak. Dibangun dengan anggaran mencapai Rp1,1 miliar yang berasal dari APBD Demak dan sisanya dari Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Agung Demak.

Gubernur Jateng (saat itu) Bibit Waluyo berharap, keberadaan museum tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas dari berbagai daerah untuk bisa melihat secara dekat saka tatal Masjid Agung Demak, karena pada 1980-an mengalami pemugaran dan saka tatal yang asli disimpan.
"Sekarang, masyarakat bisa melihat saka tatal yang sebelumnya digunakan untuk menyangga atap bangunan masjid, sehingga memiliki nilai sejarah yang tinggi," ujarnya. Pada kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Bupati Demak Tafta Zani (pada saat itu), karena atas prakarsanya museum tersebut bisa terlaksana dan berdiri.
Koleksi di Museum Masjid Agung
Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Agung Demak ( M Asyiq ) mengungkapkan, jumlah koleksi benda-benda bersejarah di museum tersebut mencapai 60-an koleksi.
Di antaranya, soko guru Masjid Agung Demak dari Sunan Bonang yang sudah rusak yang memiliki ketinggian sekitar 1.630 centimeter sedangkan kerusakannya sekitar 725 centimeter, kentongan wali abad XV, bedug wali abad XV, daun pintu serambi Masjid Demak 1804 masehi yang merupakan peninggalan zaman Majapahit, kap lampu peninggalan Paku Buwono ke-1 pada 1710 Masehi.
Pengunjung juga bisa melihat kayu tiang tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, gentong Putri Campa, pintu bledeg ciptaan Ki Ageng Selo, serta koleksi lain zaman Majapahit hingga Kesultanan Demak.
pengunjung bisa melihat koleksi benda sejarah yang terdapat di museum Masjid Agung Demak tersebut dan bisa menggali nilai sejarah yang terjadi pada waktu silam yaitu pada waktu kerjaan Demak Bintoro bahkan perkembangan Masjid Agung Demak mulai dari jaman dahulu hingga pada saat sekarang ini.
Selain itu dalam hal penataan benda-benda bersejarah tersebut pihak pengelola museum sampai mendatangkan ahli arkeologi, agar supaya penataannya bisa maksimal dan bisa terlihat mempesona seperti pada jaman dahulu kala, dan supaya budaya dan sejarah Islam tidak pudar dan bahkan hilang di telan waktu.
Untuk generasi muda saat ini, dimungkinkan masih banyak yang belum mendapatkan informasi lengkap soal sejarah Masjid Agung Demak maupun zaman kerajaan Majapahit.
Pihak pengelola Museum khawatir ada oknum peziarah yang usil, maka bekas 'soko guru' Masjid Agung Demak (MAD) karya Sunan Kalijaga enam abad silam, terpaksa di kerangkeng dalam sel di museum. Bahkan sebagian warga menganggap, serpihan kayu soko tatal/soko guru milik Sunan Kalijogo sangat bertuah. Bisa untuk jimat dan juga untuk menangkal berbagai permasalahan yang di alami manusia.

No comments:

Post a Comment