Sunday, January 1, 2017

gunung tidar magelang "paku tanah jawa"

Misteri di balik Gunung Tidar “paku tanah jawa”
Apakah pemirsa pernah mengunjungi kota Magelang? kota yang sejuk alami yang juga merupakan daerah pegunungan. Ternyata di balik keindahan dan kesejukan kota Magelang terdapat sebuah tempat yang penuh dengan misteri dan mitos, yaitu sebuah bukit yang letaknya berada di tengah tengah kota. Bukit ini sangat terkenal karena menjadi salah satu tempaan para taruna AKABRI, bahkan tempat ini menjadi salah satu ikon kota magelang, namanya Bukit Tidar atau yang lebih sering di sebut sebagai Gunung Tidar. Nama ini mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga para petualang, yaitu tempat yang terdapat sebuah benda yang menyerupai tiang, dan menurut cerita benda tersebut adalah paku yang sangat besar.

Mitos dan Sejarah Gunung Tidar
Konon bukit tidar yaitu tempat yang terdapat sebuah paku besar merupakan pusat atau titik tengah pulau Jawa. Dahulu kala pulau Jawa ini masih berupa hutan belantara, rawa rawa dan tempat tempat yang sangat menyeramkan ada di tanah jawa, makanya tidak ada seorang pun yang berani tinggal di tanah jawa, karena sebagian besar pulau jawa masih di kuasai oleh makhluk halus dan makhluk makhluk sejenisnya. Konon pulau jawa yaitu pulau yang dikelilingi laut luas ini bak perahu kecil yang berada di samudra dan udh oleng bila terkena ombak laut yang besar.
Akhirnya para dewa berkumpul dan musyawarah untuk supaya tanah jawa tidak oleng ketika terkena ombak laut, dan akhirnya di putuskan untuk membuat sebuah paku raksasa, dan paku tersebut akan di tancapkan pada titik pusat tanah jawa, yaitu titik tengah yang bisa menjadikan tanah jawa ini menjadi seimbang, dan paku yang di tancapkan tersebut dipercaya sabagian masyarakat yaitu berupa gunung tidar, dan setelah paku raksasa itu di tancapkan pulau jawa mnjadi tenang dan tidak oleng lagi bila terkena hantaman ombak besar.

Dan menurut kepercayaan masyarakat sekitar pada jaman dahulu kala gunung tidar ini pada mulanya hanya ditempati oleh sosok jin dan syetan yang di pimpin oleh salah satu jin yang bernama kyai Semar. Kyai Semar ini tidak sama dengan nama semar yang ada di pewayangan, semar yang ada di gunung tidar adalah sebangsa jin yang sangat sakti dan terkenal seram dan jahat. Setiap kali ada manusia yang hendak masuk da nada niat untuk tinggal du gunung tidar maka kyai SEmar tidak akan segan untuk mengutus anak buahnya yang berupa raksasa raksasa dan juga genderuwo untuk mengusir manusia tersebut dan bahkan memangsanya.
Singkat cerita datanglah seorang yang terkenal sangat pemberani, sakti dan alim yaitu syekh subakhir ke daerah gunung tidar, syekh subakhir mengajak serta berpasang pasang manusia dan mereka lebih dahulu sampai di lokasi yang di tuju dan mereka tinggal di lokasi sebelah timur gunung tidar, yang sekarang lebih dikenal dengan nama desa Trunan, desa trunan sendiri sebenarnya berasal dari kata turunan, sebagian warga ada yang mangatakan trunan itu bermakna keturunan da nada juga yang mengartikan tempat itu diambil dari kisah yang mana sahabat sahabat syekh subakhir di turunkan untuk sementara waktu di tempat tersebut.
Setelah para pengikut syekh subakhir mempunyai tempat tinggal yaitu di desa trunan, maka syekh subakhir berangkat sendiri ke puncak gunung tidar dan melakukan semedi, dalam persemedian baliau, syekh subakhir menancapkan tombak sakti milik beliau pas ditengah tengah puncak gunung tidar sebagai penolak balak. Syekh subakhir memasang tumbal berupa paku bumi yang di tancapkan di puncak tidar, sehungga semua makhluk penghuni tempat tersebut lari tunggang langgang terbirit birit masuk ke laut. Syang yang Semar dan syang yang Togog yang mengetahui anak buahnya lari terbirit birit langsung menemui syekh subakhir untuk bernegosiasi antara manusia dan makhluk ghaib.

Mereka memita agar syekh subakhir mengijinkan bangsa jin dan kawanannya bisa hidup di tanah jawa dan begitu pula bangsa manusia hidup berdampingan, manusia bisa bercocok tanam dan berkembang biak tanpa ada ganggguan dari makhluk ghaib. Akhirnya disepakati perjanjian antara syekh subakhir, syang yang semar dan syang yang togog untuk saling hidup berdampingan serta menjaga dan menolong para raja raja di tanah jawa dan bersama sama menjaga kelangsungan hidup manusia dan semua makhluk yang ada tanah jawa.
Konon di puncak tidar, selain syang yang semar juga banyak tokoh lain yang bersemayam di tempat tersebut seperti pangeran Puboyo, kyai Wijoyo Kusumo, kyai Sepanjang, kyai Shims Lodro, dan Nyai Simo Lodro serta banyak tersimpan benda benda pusaka yang jumlahnya tidak dapat di hitung.
Dan pada akhirnya gunung Tidar sekarang di jadikan cagar budaya oleh pemerintah setempat, selain itu juga dijadikan tempat wisata religi sepiritual serta tempat ziarah, tidak ketinggalan pula dinas pariwisata kota madya Magelang juga mendirikan Tugu Kemerdekaan di puncak Tidar.

1 comment: